"Semoga dunia yang semakin menggoda dengan gemerlapnya tetap menjadikan persahabatan itu hangat dalam balutan kesederhaan." Di suatu pagi yang cerah, lima sekawan itu tampak sedang menikmati makanan mereka. Aku salah satu diantaranya. Kami makan sambil bercakap-cakap ria. Sungguh kebiasaan yang tidak patut untuk dilakukan. Aku hanya sesekali nimbrung dan memilih lebih fokus menikmati makananku. Alhasil, kau tahu sendiri, makananku beberapa menit habis duluan dibandingkan mereka. Tak bersisa karena memang aku diajarkan untuk tidak menyisakan makanan. Teringat tentang sebuah pesan sang ustadz “Jangan pernah menyisakan makanan barang sedikitpun karena kamu tidak pernah tahu keberkahan makananmu ada pada butir nasi yang mana.” Tuntas. Haha. Di sela-sela percakapan, aku ikut menyimak takzim pada apa yang mereka tengah bicarakan. “Hei, di sini ada diskon ini. ” Seru salah satu dari temanku, Rika. Mereka menyebutkan nama salah satu mall yang ada di sini (Yogyak...
Apa yang kamu tulis adalah tentang apa yang kamu rasakan, yang kamu alami, dan kamu ciptakan sendiri. Semua tentang kenangan yang terukir dalam setumpuk kata dan rasa. Meski itu tak berharga bagimu, tetapi begitu berarti bagiku. Inilah aku dan berupa-rupa kisahku. "Sampai di bilangan mana Aku boleh berhenti menghitung hari demi hari menantimu disini dalam derap rasa rindu sekaligus haru." (Nesty Alisa)