"Jaga diri baik-baik di sana." Hatiku berdesir mendengar nasihatnya. Padahal nasihat itu adalah nasihat yang biasa diucapkan siapapun kepada mereka yang hidup jauh di rantau. Tapi, aku tidak tahu ada atmosfer yang berbeda kali ini. Terdengar berat nafasmu. Tetapi, aku masih mendengar suara yang hangat dan tengah tersenyum itu. "Ya Rabb,sembuhkan dia. Jadikan sakitnya sebagai penggugur dosa-dosanya. Masukkan dia kepada golongan orang-orang yang saleh," lirihku dengan mata yang berkaca-kaca. Aku tidak ingin memikirkan hal buruk yang akan terjadi padamu. Bukankah ia bisa datang kapan saja? Terlepas dari kau sehat ataupun sakit, tua maupun muda. Tetapi, mengapa setelah mendengarmu berkata-kata,tangisku hampir saja meledak. Kutahan. Ada yang membuncah di dadaku. Nafasku seketika sesak. Rindu. Rindu sekali aku ingin bertemu denganmu. Aku ingin menemanimu setiap malam dan melantunkan ayat-ayat cintaNya seperti kala kakek sedang sakit dulu. Aku mencintaimu. Aku ingin...
Apa yang kamu tulis adalah tentang apa yang kamu rasakan, yang kamu alami, dan kamu ciptakan sendiri. Semua tentang kenangan yang terukir dalam setumpuk kata dan rasa. Meski itu tak berharga bagimu, tetapi begitu berarti bagiku. Inilah aku dan berupa-rupa kisahku. "Sampai di bilangan mana Aku boleh berhenti menghitung hari demi hari menantimu disini dalam derap rasa rindu sekaligus haru." (Nesty Alisa)