Sebut saja namanya cinta. Ia amat terkenal di kalangan remaja. Terkenal di antara muda-mudi yang hatinya sedang berbunga-bunga. Mereka berlomba-lomba mencarinya. Bahkan,sampai tak tidur semalaman dibuatnya. Adapula yang malu-malu saat bertemu dengan yang dicinta. Berbisik-bisik saat mengetahui yang dipuja sedang didekat mereka. Senyum sumringah saat tak sengaja berjumpa. Mereka menamai diri mereka sedang jatuh cinta. Lidah kelu dan kaku saat ingin mengatakannya. Akan tetapi, cinta ini sudah ada sejak dulu kala. Bahkan, sebelum jiwa-jiwa itu dilahirkan ke dunia. Di dalam rahim sang bunda. Sebelum ruh-ruh itu ditiupkan. Sebelum Adam dan Hawa diturunkan. Bahkan ketika Adam kesepian di dalam surga. Diciptakannya Hawa dari tulang rusuknya dan mereka saling jatuh cinta. Itulah cinta dari sang Maha Cinta Yang Kuasa.
Akan tetapi, fenomena yang tak kalah serunya adalah saat muda-mudi jatuh cinta. Beberapa sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka yang terkena virusnya. Bukannya membantu meredam penyebaran,mereka malah semakin memicu perambahan. Namun, adapula yang elegan menyikapinya. Elegan menjaga cintanya. Berdoa kepada Sang Maha Cinta agar bertemu cinta yang "pantas" ketika waktunya tiba. Orang-orang semacam ini tak pernah mencari cinta,tetapi membangun cinta di dalam hati mereka. Mereka mencintai dalam diam. Melakukan apa yang disebut dengan memantaskan diri sebelum bertemu cinta yang sejati. Hingga nantinya disatukan dengan anggun dalamnya indahnya ikatan cinta.
Bila berbicara cinta,tentu tak akan ada habisnya. Dari sebelum manusia dilahirkan hingga manusia bertemu dengan Rabbnya pasti akan selalu ada cinta. Bila cinta hadir di kalangan remaja,maka akan ada yang bersemu merah muda. Kemelut rindu selalu ingin berjumpa. Rindu. Sayang. Hingga air mata pun turut hadir menemaninya. Apalagi ketika cinta bertemu harapan. Ingin rasanya melayang-layang mengitari langit biru nan menawan. Terbang bersama burung-burung melepas wajah murung nan kelam saat dalam penantian. Pasti indah sekali.
Akan tetapi, adakalanya cinta bertemu penolakan. Ingin rasanya mengurung dirinya dalam penjara keabadian. Tertatih. Merengkuh sang takdir yang tak berpihak padamu,kawan. Ingin rasanya mengembara mengelilingi dunia tanpa tahu jalan pulang. Tersesat. Setidaknya itu lebih baik daripada tersesat di hati seseorang,bukan?
Lantas kini, aku ada dimana. Cintaku bertemu harapan ataukah penolakan. Entahlah. Aku hanya berdoa,semoga yang terbaik diberikan.
Nesty Alisa
Komentar
Posting Komentar