Langsung ke konten utama

Postingan

Kabar Baik

Aku pernah mendengar satu kalimat nasihat yang bilang begini: "Kamu cuma butuh satu kabar baik yang dinanti dari Allah untuk menghapus banyak kepedihan dalam hidup." Sesederhana kamu butuh cahaya matahari usai hujan lebat berhari-hari yang membuat cucianmu tak kering-kering itu. Kamu hanya butuh satu keajaiban untuk berucap syukur tak henti-henti atas segala ketetapan takdir yang dijalani. Pada akhirnya, aku selalu percaya bahwa setiap ketetapan-Nya adalah yang terbaik. Selalu mengantarkanku ke titik yang lebih baik meski harus tertatih dan terpatah jalan yang harus kulalui. Ya Allah, jika aku harus menemui banyak kehilangan lagi, tak apa, asal jangan Engkau yang hilang dari hatiku. Sore yang dingin, 18122024
Postingan terbaru

Kembali?

Sudah lama tidak mampir kemari. Tahun-tahun belakangan sempat gonta-ganti platform menulis, lalu tiba-tiba rindu kembali ke sini untuk memilih berkawan dengan asing dan hening. Barangkali, di usia yang sudah tidak lagi muda, kita hanya ingin kedamaian. Tidak berarti memutuskan hubungan dengan semua orang, tetapi hanya mengurangi intensitasnya dan menyisakan mereka yang penting saja. Selebihnya? Hanya orang-orang yang akan tercatat sebagai kenangan, lalu perlahan dilupakan.  Barangkali, semakin dewasa kita semakin menyadari bahwa tidak ada yang bertahan selamanya. Adakalanya, kita tidak lagi menempatkan ekspektasi yang tinggi pada sebuah hubungan antarmanusia.  Sederhananya, yang ingin tinggal 'kan kugenggam, yang ingin pergi takkan kutahan. Pada akhirnya, kita hanya akan mempertahankan apa-apa yang memberikan kedamaian, bukan sebaliknya. Maka, semoga kita selalu menemukan apa-apa yang membuat kita damai dalam kebahagiaan, terlebih dalam limpahan cinta-Nya. Juga selalu menemuka...

Aku Pencinta Hujan

6 November 2018 Akhirnya hujan di Jogja turun lebih deras. Tidak seperti 3 hari yang lalu, saat hujan masih turun malu-malu. Aku pencinta hujan, meski dia (mungkin) tidak mencintaiku. Akan tetapi, hujan adalah bentuk cinta Allah kepada hamba-Nya karena ia adalah anugerah yang dinanti-nantikan datangnya. Aku adalah salah seorang yang senantiasa menanti kedatangannya. Aku pecinta hujan ialah klaim sepihak dari diri sendiri. Meski demikian, terkadang aku suka marah pada diriku yang tidak bersiap menghadapi datangnya, padahal hujan sudah memberi tanda-tanda. Misalnya, aku menjadi sedikit kesal ketika akan berangkat ke kampus, lalu hujan tiba-tiba turun di tengah perjalanan. Aku menjadi basah kuyup dan harus kembali pulang untuk mengganti bajuku.   Eh, tapi kalau cinta sesekali kesal tidak apa 'kan? Iya, aku kadang kesal dengan kecerobohanku karena tidak selalu menyiapkan jas hujan di bagasi motorku. Sampai-sampai salah seoramg temanku pernah bilang, "Kenapa kamu tidak pernah m...

Pamit

Ada yang selesai sebelum dimulai. Ada yang mundur perlahan sebelum bergerak maju. Ada yang diam-diam pamit lebih dulu sebelum mengucapkan salam. Ada aku yang tidak pernah ingin terlihat di hadapanmu. Sebab mendengar namanya kau sebut, sudah membuat kelu. Aku bukan (si)apa-(si)apa dan tak pernah menjadi (si)apa-(si)apa, bagimu. Hari ini, aku menutup doaku untukmu. Semoga bertemu di lain waktu, ketika (mungkin) hati dan ragaku sudah siap menyambutmu. -N

Cerpen: Purnama Ketujuh

Bulan pernama yang indah menggantung di angkasa. Sejuta bintang bertaburan menghias langit. Suara debur ombak menghantam cadas di bawah sana terdengar berirama. Angin malam perlahan menyusup menyisakan kesunyian. Kami belum angkat suara sama sekali. Alisya masih tengah membujuk hatinya agar bisa berdamai setidaknya hingga pertemuan malam itu selesai. Disekanya pelipisnya yang tidak berkeringat itu. Jemarinya sedikit gemetar memainkan sendok garpu. Dia gugup dan tidak tahu harus mulai bicara apa. Di seberang meja, aku menatap ke lautan yang kosong sejauh mata memandang. Sesekali tampak kerlap-kerlip lampu kapal atau entahlah itu dari kejauhan. Aku menghela napas perlahan. “Maafkan aku Alisya.” Ucapku sambil tertunduk. Berusaha memutus suasana canggung sepuluh menit terakhir.  Alisya mengangkat kepalanya. Aku menatap wajahnya lamat-lamat. Suasana hening kembali. “Tidak ada yang perlu dimaafkan. Semua sudah berlalu.” Hening lagi.  “Apa...