Langsung ke konten utama

Aku Pencinta Hujan

6 November 2018
Akhirnya hujan di Jogja turun lebih deras. Tidak seperti 3 hari yang lalu, saat hujan masih turun malu-malu.

Aku pencinta hujan, meski dia (mungkin) tidak mencintaiku. Akan tetapi, hujan adalah bentuk cinta Allah kepada hamba-Nya karena ia adalah anugerah yang dinanti-nantikan datangnya.
Aku adalah salah seorang yang senantiasa menanti kedatangannya.

Aku pecinta hujan ialah klaim sepihak dari diri sendiri.
Meski demikian, terkadang aku suka marah pada diriku yang tidak bersiap menghadapi datangnya, padahal hujan sudah memberi tanda-tanda. Misalnya, aku menjadi sedikit kesal ketika akan berangkat ke kampus, lalu hujan tiba-tiba turun di tengah perjalanan. Aku menjadi basah kuyup dan harus kembali pulang untuk mengganti bajuku.

 
Eh, tapi kalau cinta sesekali kesal tidak apa 'kan?
Iya, aku kadang kesal dengan kecerobohanku karena tidak selalu menyiapkan jas hujan di bagasi motorku. Sampai-sampai salah seoramg temanku pernah bilang, "Kenapa kamu tidak pernah menyiapkan mantel sih Nes?" Dia sedikit kesal karena aku seringkali hujan-hujanan.

"Hehe. Hujannya masih bisa diatasi kok. Lembap sedikit tak apa."
Begitu alasanku selalu. Meski pada akhirnya hujan tak pernah bisa diprediksi turunnya, jadilah aku seringkali "kehujanan" seperti kataku sebelumnya.

Akan tetapi, lain ceritanya saat hujan turun ketika aku tengah perjalanan pulang. Aku tak akan kesal sedikitpun jika harus terlanjur basah. Malah sengaja kubiarkan, lalu hujan-hujanan dengan memelankan laju motorku. Aku tak perlu berhenti untuk memakai jas hujan, tetapi kalau aku memboncengi teman, maka aku akan menanyakannya terlebih dahulu apakah dia butuh pakai jas hujan atau tidak.

Aku pencinta hujan.
Ia selalu memunculkan kembali kenangan-kenangan yang terkadang hampir terlupakan. Memori itu diputar ulang berkali-kali ketika hujan datang. Memori tentang seseorang yang kepadanya pernah kuceritakan tentang hujan.

Aku pencinta hujan.
Ia menjadikan segala gegap gempita dunia terkalahkan. Alam seolah bersepakat hanya untuk menghadirkan suaranya. Semua fokus menjadi miliknya. Pikiran mengingat cucian karena hujan adalah salah satu contohnya, 'kan?

Aku pencinta hujan.
Aku suka sekali bau tanah basah ketika dan sehabis hujan. Aku menghirupnya dalam-dalam, lalu menemukan kedamaian di dalamnya.

Aku pencinta hujan karena cerita kita pernah ada di dalamnya.

*Sebuah draf tulisan yang nangkring di sini sejak tahun 2018.
Sempat melupakan password blog ini, tetapi pada intinya aku ingin mengatakan bahwa aku kembali ke sini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ya Allah, Jika Aku Jatuh cinta...

Ya Allah, jika aku jatuh cinta,cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu. Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu Ya Allah, jika aku jatuh hati,izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu. Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dari hati-Mu. Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu. Ya Allah, jika aku rindu,jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu. Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu. Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu. Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasi...

Kembali?

Sudah lama tidak mampir kemari. Tahun-tahun belakangan sempat gonta-ganti platform menulis, lalu tiba-tiba rindu kembali ke sini untuk memilih berkawan dengan asing dan hening. Barangkali, di usia yang sudah tidak lagi muda, kita hanya ingin kedamaian. Tidak berarti memutuskan hubungan dengan semua orang, tetapi hanya mengurangi intensitasnya dan menyisakan mereka yang penting saja. Selebihnya? Hanya orang-orang yang akan tercatat sebagai kenangan, lalu perlahan dilupakan.  Barangkali, semakin dewasa kita semakin menyadari bahwa tidak ada yang bertahan selamanya. Adakalanya, kita tidak lagi menempatkan ekspektasi yang tinggi pada sebuah hubungan antarmanusia.  Sederhananya, yang ingin tinggal 'kan kugenggam, yang ingin pergi takkan kutahan. Pada akhirnya, kita hanya akan mempertahankan apa-apa yang memberikan kedamaian, bukan sebaliknya. Maka, semoga kita selalu menemukan apa-apa yang membuat kita damai dalam kebahagiaan, terlebih dalam limpahan cinta-Nya. Juga selalu menemuka...

Kabar Baik

Aku pernah mendengar satu kalimat nasihat yang bilang begini: "Kamu cuma butuh satu kabar baik yang dinanti dari Allah untuk menghapus banyak kepedihan dalam hidup." Sesederhana kamu butuh cahaya matahari usai hujan lebat berhari-hari yang membuat cucianmu tak kering-kering itu. Kamu hanya butuh satu keajaiban untuk berucap syukur tak henti-henti atas segala ketetapan takdir yang dijalani. Pada akhirnya, aku selalu percaya bahwa setiap ketetapan-Nya adalah yang terbaik. Selalu mengantarkanku ke titik yang lebih baik meski harus tertatih dan terpatah jalan yang harus kulalui. Ya Allah, jika aku harus menemui banyak kehilangan lagi, tak apa, asal jangan Engkau yang hilang dari hatiku. Sore yang dingin, 18122024