“Kamu ingin terkenal, ya?” Lia menyikut lenganku.
“Terkenal seperti penulis-penulis itu. Iya, kan?” kali
ini dia tersenyum nyengir. Penuh selidik.
Aku menelan ludah.
“ Siapa pula yang ingin terkenal.” Gerutuku dalam
hati.
“Aku tidak suka menjadi terkenal.” Jawabku sekenanya.
“Mana mungkin. Semua orang ingin menjadi populer,
Sya.” Kali ini Lia mengerutkan dahinya. Menatap serius ke arahku.
“Terlalu banyak perhatian orang-orang nantinya.
Terlepas itu baik ataupun buruk. Aku tidak suka. Huh.” Aku mulai kesal.
Lia menatap semakin tidak mengerti dengan sahabatnya
kali ini.
“Lalu, tulisan-tulisan ini buat apa, Sya? Sebanyak
ini.” Lia menatapku bingung.
“Ya, aku hanya ingin menulis. Menceritakan apa saja
yang ingin aku ceritakan. Tanpa pernah memikirkan tulisanku akan jadi apa
nantinya. Dan aku berharap....” kata-kataku terhenti seketika. Wajahku mungkin
sedang memerah jika saja Lia menyadarinya.
“Berharap apa?” Lia kembali menyikut lenganku.
Kali ini aku bahkan tidak menyadari lagi lenganku yang
disikut Lia.
“Berharap dia membaca tulisanku, Li. Isi hatiku.”
Ucapku dalam hati.
Lihatlah, siapa yang baru saja lewat. "Dia". Beruntung Lia
tidak menyadarinya.
-o0o-
Ya,
aku hanya ingin menulis, Lia. Aku suka. Itu saja. Tanpa pernah berharap aku
akan menjadi terkenal karena itu atau tidak. Tetapi, aku tidak pernah
menginginkannya sekalipun. Aku hanya menulis karena terkadang hanya dengan
tulisan aku bisa dengan jujur mengungkapkan isi hatiku. Apa yang tersembunyi
dan tak mampu untuk kuceritakan. Adakalanya aku menulis karena aku sedang jatuh
cinta. Ya, aku jatuh cinta, Lia. Jatuh cinta pada masalahku, amarahku, kegelisahanku,
sehingga aku mau merepotkan diriku untuk membingkainya dalam aksara. Atau bisa
jadi aku sungguh-sungguh jatuh cinta dalam arti yang sebenarnya. Tidak ada yang
tahu, kan? Hehe.
Aku
ingin membingkai kenangan yang suatu saat bisa kubaca kapan saja. Aku ingin
merekam segala jejak perasaan agar suatu waktu aku bisa memutarnya kembali,
entah untuk kusesali ataupun kusyukuri pada akhirnya.
Hanya
aku yang mengetahui makna dari tulisan itu sepenuhnya, Lia. Aku ingin
membacanya kembali. Tersenyum dan tertawa bersamanya. Terkadang pula aku mengada-ngada sesuatu yang
tiada, menciptakan angan-angan dalam tulisan dan mengharapkannya menjadi
kenyataan. Seperti mengada-ada seseorang yang tetap menjadi pembaca setiamu.
Diam-diam. Setidaknya, saat aku memang sedang menyimpan suatu hal, aku pernah
menceritakannya, meski tidak langsung kepadamu atau kepadanya, Lia. Sampai pada
kenyataan bahwa aku terlambat untuk mengungkapkan. Tulisan-tulisan ini memang
punya alamat dan tujuan. Tapi, terkadang aku sendiri tidak yakin
tulisan-tulisan ini sebenarnya buat (si)apa. Yang pasti adalah untuk diriku,
Lia.
-o0o-
"why do you write, dy?"
BalasHapus"because sometimes it feels like I wanna die and all I need is just to write, no matter you say how bad it is."
~dy
yeah, i agree because if you're writing, there is a feel that you transfer become a writing. and after that, we'll feel everything gonna be okay :)
Hapus