Kuhentikan HujanKuhentikan hujan. Kini matahariMerindukanmu, mengangkat kabut pagi perlahan--
Barangkali, aku harus berterimakasih pada hujan. Karena berkatnya, kenangan masa silam terus dapat kugenggam. Karena rintiknya yang menghadirkan keharuan. Bersama rintiknya pula, yang tak terungkap akan tetap menjadi rahasia. Akan tetapi, hujan tetap harus kuhentikan karena bayangan kelam masa silam harus segera dilarutkan. Memeluk semua kenangan dengan hati yang lapang. Memancarkan cahaya baru. Hingga yang tersisa hanya saat ini dan dirimu. Meski, hujan yang baru saja berakhir tak sepenuhnya berhasil menghapus jejak rindu. Semakin tenggelam dalam lautan angan dan impian.
ada yang berdenyutdalam diriku :menembus tanah basahdendam yang dihamilkan hujandan cahaya matahari
Tak ada yang bisa bertolak dari keniscayaan. Ia tercipta bahkan sebelum kita dilahirkan. Jika saatnya tiba, aku hanya bisa menerima bahkan terkadang tanpa menunggu dipahamkan. Begitupun saat rasa itu merasuk diam-diam. Akan tetapi, tidak semua rasa itu harus diungkapkan, bukan? Adakalanya keterdiaman adalah ungkapan yang penuh ketulusan. Menjaganya dengan tenang hingga hanya hujan yang menjadi penghapus luapan rindu yang tengah mendera. Meski, hadirnya lagi-lagi akan tetap menjadikan yang tak terungkap tetaplah sebuah rahasia.
Tak bisa kutolak mataharimemaksaku menciptakan bunga-bunga.
Sekali waktu, ada kalanya pertahananku mulai runtuh. Meski tetap saja ego diri memaksaku untuk tetap bersembunyi. Tapi, pancaran cahaya akan tetap menerpa meski sekeras aku berusaha menutup jendela. Keraguan boleh tiada, tetapi kepastian juga harus segera. Maka maafkan aku yang disini saja tanpa bisa apa-apa.
*Ditulis oleh Nesty Alisa
*Puisi oleh Sapardi Djoko Darmono, Kuhentikan Hujan
*Sumber Foto : blog.act.id
Komentar
Posting Komentar