Foto oleh sahabat penulis Entah kamu atau aku, si manusia bisu Aku mengutuk diriku yang tidak mampu angkat bicara lebih dulu Begitupun kamu yang lebih banyak tersenyum seolah mengacuhkanku Aku yang tidak mampu berkata-kata Dan kamu yang tetap diam saja menungguku bicara Sampai berapa lama? Bukankah kamu seorang presentator yang begitu lihai memainkan kata? Bukankah kamu seorang orator yang mampu menggugah semangat jiwa? Bukankah kamu begitu pandai merangkaikan aksara demi aksara? Lalu, mengapa kamu diam saja dan tak bicara Sampai berapa lama aku harus menunggumu angkat suara Sampai malam mulai menjelma? Bukankah itu pertanda perpisahan semakin nyata Lalu, aku harus bagaimana? Kau tahu aku adalah patung tanpa ekspresi saat ada kamu Atau kau tengah mengolok-ngolokku Ah, kau ini si manusia bisu, di hadapanku
Apa yang kamu tulis adalah tentang apa yang kamu rasakan, yang kamu alami, dan kamu ciptakan sendiri. Semua tentang kenangan yang terukir dalam setumpuk kata dan rasa. Meski itu tak berharga bagimu, tetapi begitu berarti bagiku. Inilah aku dan berupa-rupa kisahku. "Sampai di bilangan mana Aku boleh berhenti menghitung hari demi hari menantimu disini dalam derap rasa rindu sekaligus haru." (Nesty Alisa)